Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya
(Mufti Batawi) :
"Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam, dengan puji-pujian yang melengkapi akan segala ni'mat-Nya lagi menarik akan kelebihan pemberian-Nya".
Keterangan :
Syukur atas ni’mat Allah disatu sisi penyebab pencukupan ni’mat yang dirasa kurang, disisi lain penyebab pertambahan atas ni’mat yang sudah cukup.
"Dan shalawat yang akmal beserta sejahtera yang sempurna atas penghulu kita Nabi Muhammad SAW dan atas sekalian keluarganya dan sekalian sahabatnya".
Keterangan :
Shalawat dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW (shalallahu 'alaihi wasallam) adalah cucuran kebaikan dan kasih sayang teruntuk beliau,
Cucuran kebaikan dan rahmat Allah secara sempurna kepada Rasulullah, barulah kepada para keluarga Rasulullah, kemudian barulah kepada para sahabatnya.
"Waba'du, kemudian daripada itu :
maka adalah ni'mat Allah Ta'ala yang amat besar kepada hamba-Nya yaitulah ni'mat Islam dan ni'mat Iman, sebab keduanya itu dijadikan oleh Tuhan 'azza wajalla sebab memasuki sorga dengan kekal didalamnya dan selamat dari siksa api neraka dengan membuat tha'at pada Allah Ta'ala".
Keterangan :
Ni'mat Allah sangat banyak tanpa hingga, yang terbesar adalah ni'mat Islam dan ni'mat Iman, keduanya penyebab beroleh ni'mat sorga beserta isinya dan penyebab terhindar dari siksa neraka.
"Maka wajiblah atas tiap-tiap mukallaf ya' ini aqil baligh bahwa ia mengetahui akan segala rukun Islam sebagai tersebut dibawah ini demikian pula segala rukun iman sebagaimana akan tersebut, supaya boleh ia memberi syukur kepada Allah Ta'ala dengan mengamalkan amalan-amalan keduanya yang terhenti maqbulnya dengan pengetahuan yang tersebut itu adanya".
Keterangan :
Bersyukur atas ni'mat Islam dan ni'mat Iman hukumnya wajib (pada hukum Syar'ie).
Syukur atas ni'mat Islam dengan mengamalkan amalan-amalan Islam, sedangkan syukur atas ni'mat Iman dengan mengamalkan amalan-amalan iman.
Amalan Islam terangkum pada Rukun Islam yang lima, sedangkan amalan Iman terangkai pada Rukun Iman yang enam.
Amal tidak bisa benar tanpa ilmu, karenanya menuntut ilmu tentang rukun Islam dan rukun iman hukumnya juga wajib (pada syar'ie).
=============
TENTANG MUKALLAF.
Mukallaf yaitu orang Islam yang kena tuntutan menjalankan kewajiban agamanya.
Syarat Mukallaf yaitu baligh lagi berakal.
Balighnya seorang laki-laki, bila telah mimpi hingga keluar mani atau umur sudah mencapai lima belas tahun.
Balighnya seorang perempuan bila telah datang darah haid atau umur sudah mencapai lima belas tahun.
Berakal maksudnya normal pikiran, tidak gila.
TENTANG WAJIB.
1. Wajib aqli, yaitu sesuatu yang akal tidak menerima tidaknya (pasti ia), seperti Allah bersifat sempurna.
2. Wajib syar'ie.
Wajib syar'ie ada dua :
a) yang bila tidak dipenuhi berakibat siksa neraka dan kekal didalamnya, seperti tidak meyakini Allah bersifat sempurna.
b) yang bila tidak dipenuhi berakibat siksa neraka namun tidak kekal didalamnya, seperti orang yang mengakui hukum wajib puasa Ramadlan namun tidak melaksanakannya.
==============
Rukun Islam ada lima, yaitu :
1. Mengata dua kalimah syahadat.
2. Sembahyang lima waktu.
3. Puasa Ramadhan.
4. Memberi zakat.
5. Pergi hajji.
Keterangan :
Rukun Islam artinya tiang atau pilar ke-Islaman.
Agama Islam akan kokoh berdiri bilamana kelima pilar ini di tegakkan dengan baik dan benar oleh penganutnya.
"Adapun ilmu pengetahuan rukun Islam yang pertama yaitu mengetahui akan ma'na dua kalimah syahadat, yaitulah yang dikata ilmu ushuluddin dan ilmut tauhid dan ialah yang dikehendaki sebutannya dikitab ini".
Keterangan :
Dua kalimah syahadat yaitu :
اشهد أن لا اله الا الله
واشهد أن محمدا رسول الله
Syahadat pertama disebut syahadat tauhid, sedangkan syahadat kedua dinamakan syahadat rasul.
Melafadhkan dua kalimah syahadat wajib satu kali seumur hidup, namun meyakini dan membenarkan (meng-i'tiqadkan) akan aqa'idul iman yang terkandung pada ma'na dua kalimah syahadat itu wajib terus menerus selama hayat dikandung badan.
"Bermula wajib atas tiap-tiap mukallaf bahwa ia mengenal pada tuhan 'azza wajalla dengan segala sifat yabg wajib baginya dan yang mustahil padanya dan yang harus padanya, demikian pula yang wajib bagi rusul 'alaihinus shalatu wassalam dan yang mustahil dan yang harus sebagaimana akan nanti tersebut bahwa sekalian itu masuk pada ma'na dua kalimah syahadat jua adanya".
Keterangan :
Rusul = beberapa orang rasul.
Aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na dua kalimah syahadat yang menjadi bahasan ilmut tauhid meliputi pengenalan sifat wajib, sifat mustahil dan sifat ja-iz bagi Allah dan bagi para Rasul-Nya.
Sifat wajib bagi Allah dan para rasul = sifat yang selalu ada pada Allah dan para rasul-Nya.
Sifat mustahil bagi Allah dan para rasul = sifat yang selamanya tidak ada pada Allah dan para rasul-Nya.
Sifat ja-iz bagi Allah dan para rasul = sifat yang bisa ada bisa pula tidak ada pada Allah dan para rasul-Nya.
"Adapun pengetahuan lain-lain rukun Islam itulah yang dikata ilmu fiqih.
Maka wajib pula atas tiap-tiap mukallaf bahwa mengetahui akan ilmu segala yang wajib atasnya seumpama sembahyang, puasa, demikian pula amalan-amalan yang sunnat, atau segala amal yang hendak dikerjakannya.
Bahwa karena tiada shah beramal dengan jahil pada hukumnya.
Bermula dalilnya dari kitab Zubad :
فكل من بغير علم بعمل *. اعماله مردودة لا تقبل
Artinya : tiap-tiap orang beramal dengan tiada ilmu, maka amalnya itu di balikkan kepadanya, ya'ni tiada dikabulkan-Nya jua adanya".
Keterangan :
Kalau dari ma'na dua kalimah syahadat terbit suatu fan ilmu yang dikenal dengan ILMU USHULUDDIN ATAU ILMUT TAUHID, maka dari empat rukun Islam lain (shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, membayar zakat dan melaksanakan ibadah hajji bagi yang mampu) terbit satu fan ilmu lainnya yang dikenal dengan ILMU FIQIH.
Tidak bakal benar suatu amal (perbuatan) tanpa berpandu pada ilmu.
Nilai ilmu wajib pada segala amal.
Amalan wajib, wajib diserta ilmu, agar shah amal wajibnya.
Amalan sunnat, wajib disertai ilmu, agar benar amal sunnat yang dikerjakan.
Apa juapun yang hendak dikerjakan, ptofesi apa juapun yang digeluti, mestilah di jalani dengan ilmu.
"Adapun dalil wujubnya segala ilmu yang tersebut itu yaitu hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
:
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya : menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim.
Keterangan :
Dalil wujubnya = dalil wajibnya.
Habib Utsman mendahulukan perkataan Syekh Ibnu Raslan dalam kitab Zubad, kemudian baru menyajikan hadits dari Rasulullah yang senada dengan itu, sebagai isyarat bahwa perkataan ulama dalam hal ini Syekh Ibnu Raslan, tidaklah menyelisihi akan Nabi kita Muhammad SAW.
Dan dalil bahwa ma'rifat Allah jalla wa'azza terdahulu wujubnya dari lain-lain ilmu yaitu dari kitab Zubad :
اول واجب على الإنسان *. معرفة الإله باسكان
Artinya :
Yang permulaan wajib atas manusia, yaitu ma'rifat Allah dengan yakin.
Dan dari kitab "Khutbah lil Habib Thahir bin Husin" :
فاعلموا ايها الاخوان أن الاصل والاساس هو معرفة المعبود قبل العبادة وذلك حقيقة معنى الشهادة.
Artinya :
Ketahuilah oleh kamu bahwa asal agama yaitulah mengetahui tuhan yang disembah sebelumnya membuat ibadah kepada-Nya.
Dan adalah pengetahuan itu hakekat ma'na syahadat.
Keterangan :
Ilmu yang diwajibkan kepada kita mempelajarinya yaitu : ilmu TAUHID, ilmu FIQIH dan ilmu AKHLAK (TASHAWWUF).
Dalam pengamalan memang sekaligus, sesuai dengan seberapa ilmu yang sudah dikuasai, namun dalam hal penuntutan ilmunya maka urutan pembelajaranya dahulukan ilmu TAUHID.
Dan jika telah diketahui kewajiban ma'rifat Allah Ta'ala atas tiap-tiap mukallaf, maka diketahui olehmu bahwa artinya ma'rifat yaitu i'tiqad yang jazam lagi muwafaqat pada haq, dengan dalil.
Keterangan :
Ma'rifat terhadap Allah dan Rasul-Nya hukumnya wajib syar'ie.
Ada tiga unsur ma'rifat menurut Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya :
1. I'tiqad (pegangan hati) yang kokoh.
2. Muwafaqad dengan Haq, bersesuaian dengan yang benar.
3. Dengan dalil (adanya bukti).
Dengan ungkapan lain :
Ma'rifat adalah kemantapan hati meyakini suatu hal yang benar disertai adanya bukti.
Dan artinya jazam yaitu i'tiqad yang putus yang tiada ada syaknya lagi bukan sangka-sangka adanya.
Keterangan :
Suasana hati dalam menanggapi sesuatu itu ada empat :
1. Jazam = yakin yang mantap
2. Dhan = serasa yakin
3. Waham = serasa tidak yakin
4. Syak = serasa yakin serasa tidak yakin.
Jazam salah satu unsur ma'rifat.
Dan terbahagi jazam itu empat bahagian sebagaimana dibawah ini, dinaqal dari ibarat kitab FIJIJI adanya :
1. Jazam, muwafaqat pada haq, dengan dalil, maka inilah yang dikata MA'RIFAT.
2. Jazam, muwafaqat pada haq, tetapi tiada dengan dalil.
Inilah yang dikata dengan TAQLID SHAHIH.
3. Jazam, tiada muwafaqat pada haq, muwafakat dengan dalil, inilah yang dikata JAHIL MURAKKAB.
4. Jazam, tiada muwafaqat pada Haq, dan tiada dengan dalil.
Inilah yang dikata TAQLID BATHIL
Keterangan :
Mantapnya suatu keyakinan tidak serta merta menjadi bagian dari unsur ma'rifat.
Ada empat nilai yakin yang sekalipun mantap, namun hanya satu yang memenuhi kriteria ma'rifat :
1. MA'RIFAT, yaitu meyakini sesuatu yang benar, disertai bukti kebenarannya.
2. TAQLID SHAHIH, yaitu meyakini sesuatu yang benar, namun tidak mampu membuktikan kebenarannya.
3. JAHIL MURAKKAB, yaitu meyakini sesuatu yang tidak benar, bahkan mampu mendatangkan bukti.
Mereka ini disamping sesat juga berpotensi menyesatkan orang lain.
4. TAQLID BATHIL, yaitu meyakini sesuatu yang tidak benar, dan tanpa bukti.
"Adapun artinya dalil yaitu barang yang menunjuki atas kebenaran suatu barang".
Keterangan :
Dalil itu merupakan pembenaran atas sesuatu.
Baik pembenaran atas sesuatu yang benar maupun pembenaran atas sesuatu yang salah.
Dalil yang masuk pada unsur ma'rifat adalah pembenaran atas sesuatu yang benar.
Adapun dalil wujud-Nya Allah Ta'ala dengan segala sifat-Nya adalah itu memadai dengan dalil IJMALI, yaitu keadaan bumi, langit dan barang yang ada dalam keduanya.
Firman Allah Ta'ala :
ان في خلق ااسموات والأرض واختلاف الليل و النهار لابات لاولى الالباب
Artinya :
Bahwasanya didalam kejadian segala langit dan bumi dan bersalahan malam dan siang, sesungguhnya sekalian itu menjadi pertunjukan atas keadaan Allah Ta'ala yang menjadikan sekalian yang demikian itu bagi orang yang ada empunya akal pikiran adanya.
Keterangan :
Dalil jumli (umum) bahwa Allah itu "ada dengan segala sifat kesempurnaan-Nya" yaitu keberadaan seluruh alam ini.
Dengan kata lain tanpa keberadaan Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, alam semesta ini tidak akan ada.
Sebagai lagi di naqal dari ibarat Suhaimi dengan ma'nanya :
"adapun ma'rifat Allah Ta'ala dari ma'rifat rusul, terhenti atas pengetahuan tiga perkara yang tersimpun didalam Hukum Aqli, yaitu wajib, mustahil, ja-iz".
Maka dari itu WAJIB diketahui akan tiga perkara ini, didahulukan atas sebutan dua puluh sifat, tambah lagi disini sebutan Hukum Syar'ie dan Hukum 'Adi, karena boleh dapat kebedaan satu sama lain adanya.
Keterangan :
Sasaran bahasan sebenarnya adalah aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na dua kalimah syahadat, yang disimbolkan pada pelajaran SIFAT DUA PULUH, namun tidak mungkin didapat pemahaman yang benar tanpa mengerti ta'rif dari Hukum Aqli yang tiga dimaksud.
Mengingat bahwa membahas Hukum Aqli tidak bisa terlepas dari rukun agama lainnya, maka membahas Hukum Syar'ie dan Hukum 'Ady juga dinilai wajib.
HUKUM AQLI (ya'ni hukum akal yang sempurna).
Yaitu cahaya yang tertaroh dihati mu'min.
Dengan cahaya itu dapat diketahui akan segala ilmu dlaruri yaitu yang tiada berhajat pada dalil dan ilmu nadhari yaitu berhajat pada dalil.
Dan arti Hukum Aqli menetapkan suatu barang bagi suatu barang atau menafikannya padanya dengan tiada terhenti atas berulang-ulang seperti Hukum 'Adi, dan tiada terhenti atas tertaroh oleh yang menaroh seperti Hukum Syar'ie,
Bermula tersimpun Hukum Aqli didalam tiga perkara di bawah ini :
1. Wajib, yaitu barang yang tak dapat pada akal tiadanya.
2. Mustahil, yaitu barang yang tak dapat pada akal adanya.
3. Ja-iz ya'ni harus, yaitu barang yang shah pada akal adanya dan tiadanya.
Keterangan :
HUKUM AQLI.
Hukum artinya ketetapan.
Aqli artinya akal yang sempurna.
Hukum aqli yaitu ketetapan yang mendasarkan pada akal yang sempurna.
Akal yang sempurna yaitu cahaya yang Allah letakkan dihati orang beriman.
Dengan cahaya aqli inilah ilmu yang berkaitan dengan pegangan hati dapat dihubungi.
Ketika terhasil hubungan aqli dengan ilmu tanpa perlu adanya bukti, maka disebutlah dengan ilmu dlaruri.
Namun jika terhubungnya aqli dengan ilmu setelah melalui proses pembuktian, maka disebutlah dengan ilmu nadhari.
Hukum aqli ada tiga, yaitu :
1. Wajib, yaitu sesuatu yang selalu iya, seperti Allah Kuasa.
2. Mustahil, yaitu sesuatu yang selalu tidak, seperti Allah lemah.
3. Ja-iz (harus), yaitu sesuatu yang bisa iya bisa pula tidak, seperti Kuasa dan lemahnya makhluk.
PERLUNYA MEMAHAMI HUKUM AQLI.
Adakah kita dan juga makhluk lainnya ?
Silakan dijawab "ADA", asalkan tidak pada nilai WAJIB (dalam hukum aqli).
Silakan pula dijawab "TIDAK ADA", asalkan tidak pada nilai MUSTAHIL.
Karena ketika sesuatu berapa pada nilai wajib aqli, maka nilainya "pasti ia" dan tidak berubah.
Sebaliknya ketika sesuatu berada pada nilai mustahil, maka nilainya 'pasti tidak" dan tidak berubah.
Adanya selain Allah (termasuk kita), "tidak pasti" dan berubah-ubah.
Keberadaan makhluk bergantung pada kemauan dan kemampuan Allah SWT.
HUKUM SYAR'IE.
Artinya Hukum Syar'ie yaitu peperintahan Allah Ta'ala dengan perbuatan mukallaf, maka dikata ini KHITAB TAKLIF.
Kedua menentukan sabab, atau syarat atau mani', maka itu dikata KHITHABUL WAD'IE, ya'ni ditaroh oleh Allah Ta'ala akan hukum itu.
Maka terbahagi hukum syar'ie dengan dua ma'na ini atas tujuh bahagian, yang tersebut di bawah ini :
1. Wajib, artinya barang yang dapat pahala jika dikerjakannya dan dapat dosa jika ditinggalkannya adanya.
2. Sunnat, artinya barang yang dapat pahala jika dikerjakannya, dan tiada dapat dosa jika ditinggalkannya.
3. Haram, artinya barang yang dapat dosa jika dikerjakannya, dan dapat pahala jika ditinggalkannya, karena takut pada Allah Ta'ala.
4. Makruh, artinya barang yang tiada dapat dosa jika dikerjakannya tapi dibenci oleh Tuhan, dan dapat pahala jika ditinggalkannya dengan karena Allah Ta'ala.
5. Mubah artinya harus pada syara', yaitu barang yang tiada dapat pahala jika dikerjakannya atau ditinggalkannya dan tiada dosa jika dikerjakannya atau ditinggalkannya adanya.
6. Shahih, artinya barang yang ada lengkap padanya segala syaratnya dan segala rukunnya adanya.
7. Batal, artinya barang yang kurang syaratnya atau kurang rukunnya adanya.
Keterangan :
HUKUM SYAR'IE.
Hukum syar'ie yaitu ketetapan yang mendasarkan pada apa yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-nya.
Hukum syar'ie ada dua, yaitu :
1. Hukum syar'ie taklifi
2. Hukum syar'ie wadl'ie.
Hukum syar'ie taklifi adalah sasaran perintah dari Allah dan rasul-Nya, seperti shalat, zakat dan lainnya.
Hukum syar'ie wadl'ie yaitu sarana buat terhasilnya hukum syar'ie taklifi, seperti wudhu, tayammum dan penghilangan najis.
Hukum syar'ie taklifi ada lima, yaitu :
1. Wajib = dikerjakan berpahala, ditinggalkan berdosa.
2. Sunnat = dikerjakan berpahala ditinggalkan tidak berdosa.
3. Haram = dikerjakan berdosa, ditinggalkan berpahala, karena takut pada Allah Ta'ala.
4. Makruh = dikerjakan tidak berdosa ditinggalkan berpahala, karena Allah Ta'ala.
5. Mubah (harus) = dikerjakan tidak berpahala tidak pula berdosa, ditinggalkan tidak berpahala dan juga tidak berdosa.
Hukum syar'ie wadl'ie ada dua, yaitu :
1. Shah, yaitu ketika terpenuhi rukun dan syarat dari suatu ibadah.
2. Bathal, yaitu ketika tidak terpenuhi rukun dan syarat dari suatu ibadah.
HUKUM 'ADI
Artinya Hukum 'Adi yaitu menetapkan suatu barang bagi suatu barang atau menafikannya suatu barang pada suatu barang, dengan lantaran berulang-ulang serta shah bersalahan dan juga dengan tiada memberi bekas salah suatu itu pada yang lain.
Maka terbahagi hukum 'adi atas empat perkara yang tersebut di bawah ini:
1. Pertambatan keadaan suatu barang dengan keadaan suatu barang lainnya, seumpama keadaan kenyang dengan keadaan makan.
2. Pertambatan ketiadaan suatu barang dengan ketiadaan suatu barang lainnya, seumpama ketiadaan kenyang dengan ketiadaan makan.
3. Pertambatan keadaan suatu barang dengan ketiadaan suatu barang, seumpama pertambatan keadaan dingin dengan ketiadaan kain baju adanya.
4. Pertambatan ketiadaan suatu barang dengan keadaan suatu barang lainnya, seumpama ketiadaan hangus dengan keadaan air menyiram jua adanya.
Keterangan :
HUKUM 'ADI.
Hukum 'adi bisa pula disebut hukum sebab akibat.
Hukum 'adi yaitu ketetapan yang mendasarkan pada berulangnya suatu kejadian, namun shah bersalahan dan jangan di i'tiqadkan memberi bekas.
Bahas difinisi :
a), berulangnya suatu kejadian, seperti adanya sembuh bila minum obat,
b), shah bersalahan, seperti tidak sembuh padahal sudah minum obat,
c), jangan di i'tiqadkan memberi bekas, minum obat menjalankan perintah Allah sehingga kesembuhannya pun tentu dari Allah.
Hukum 'adi ada empat :
1. Hubungan ada dengan ada, seperti ada kenyang dengan adanya makan.
2. Hubungan tidak ada dengan tidak adanya, seperti tidak ada kenyang dengan tidak adanya makan.
3. Hubungan ada dengan tidak ada, seperti ada dingin dengan tidak adanya selimut.
4. Hubungan tidak ada dengan ada, seperti tidak terbakar dengan adanya air yang disiramkan.
#Keduapuluh.
Bermula jika telah diketahui akan artinya wajib aqli dan wajib syar'ie, bahwa keduanya berlainan ma'na.
Maka apabila dikata WAJIB ATAS TIAP-TIAP MUKALLAF, maka maksudnya itulah WAJIB SYAR'IE.
Dan jika dikata WAJIB BAGI ALLAH TA'ALA atau WAJIB'BAGI RASUL, maka maksudnya itulah WAJIB AQLI.
Dan demikian pula jika dikata JA-IZ BAGI ALLAH TA'ALA atau HARUS BAGI ALLAH TA'ALA, maka maksudnya itulah JA-IZ AQLI.
Dan jika dikatakan JA-IZ BAGI MUKALLAF MEMBUAT....(matsalan) maka maksudnya yaitulah JA-IZ SYAR'IE jua adanya.
Keterangan :
Matsalan = umpamanya.
Dengan pembahasan Rukun Agama yang tiga diatas, maka diketahui bahwa ada kesamaan penamaan, namun berbeda pada istilah.
WAJIB misalnya, disamping ada pada hukum aqli juga ada pada hukum syar'ie.
Demikian pula dengan istilah HARUS pada hukum aqli berbeda jauh dengan harus pada hukum syar'ie.
#Keduapuluhsatu
Bermula yang wajib bagi Tuhan jalla wa'azza dengan tafshil inilah dua puluh sifat yang telah berdiri dalil aqli dan dalil naqli atasnya.
Dan tersebut dibawah tiap-tiap satu sifat dengan ma'nanya beserta dalilnya beserta lagi tersebut kepatutan kelakuan orang mu'min yang mu'taqid pada Tuhan bersifat dengan sifat-sifat itu.
Maka itulah kelakuan mu'min yang sempurna imannya.
Keterangan :
Bahas kalimah :
*Wajib bagi Tuhan = wajib aqli
*Tafshil = rinci, terurai, detail
*Dalil aqli = keterangan yang bersumber pada akal yang sempurna.
*Dalil naqli = keterangan yang bersumber pada apa yang diterangkan oleh Allah dan Rasul-Nya
*Mu'min mu'taqid = orang beriman yang meyakini adanya Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.
Orang beriman yang sempurna adalah mereka yang yakin akan keberadaan Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dengan didukung dalil dan mampu membuktikan apa yang diyakininya dengan amal dhahir maupun bathin.
#Keduapuluhdua
Adapun lain-lain sifat jalla wa'azza yang tiada hingga banyaknya, maka wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahuikannya dengan ijmal saja didalam perkataan :
مثصف بكل كمال
Artinya : bersifat Allah Ta'ala dengan tiap-tiap sifat kesempurnaan.
Keterangan :
Ijmal = ringkas.
Sifat wajib (aqli) Allah tanpa batas.
Segala nisbah kesempurnaan dalam hal pensifatan ada pada Allah, tidak tertentu hanya sembilan puluh sembilan atau hanya dua puluh.
Penyebutan Pelajaran Sifat Dua Puluh untuk pembelajaran ilmu tauhid, hanyalah semacam KALIMAH SIMBOLIK buat menyadarkan kita betapa sempurnanya Allah SWT.
#Keduapuluhtiga
Adapun yang mustahil pada Tuhan jalla wa'azza dengan tafshil, maka adalah itu dua puluh perkara, yaitu lawanan sifat yang wajib.
Satu persatu tersebut sesudahnya sifat-sifat itu.
Adapun yang mustahil pada Tuhan jalla wa'azza dengan ijmal yaitu yang ada dalam perkataan :
منزه عن كل نقص وما خطر بالبال
Artinya : maha suci Tuhan dari pada tiap-tiap sifat kekurangan dan maha suci dari pada barang yang tercita-cita didalam hati.
Keterangan :
Ijmal = ringkas
Sifat mustahil bagi Allah yang wajib (syar'ie) diketahui secara terperinci ada dua puluh pula, yang merupakan lawan sifat wajib (aqli) yang wajib (syar'ie) diketahui.
Adapun sifat mustahil bagi Allah yang wajib diketahui dan dibenarkan dalam hati secara jumli, yaitu :
1. Bersifat dengan segala sifat kekurangan
2. Dapat terbayang pada hati.
#Keduapuluhempat
Bermula maka inilah dua sifat Tuhan jalla wa'azza :
1. Wujud artinya ada, maka mustahil tiada.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
الله اللذي خلق السموات والأرض وما بينهما
Artinya :
Allah Ta'ala jua yang menjadikan tujuh lapis langit dan bumi dan barang yang antara keduanya.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia ingat pada Tuhan Allah Ta'ala pada tiap-tiap yang Maujud jua adanya.
Keterangan :
Mulai pembahasan sifat wajib bagi Allah yang wajib diketahui secara tafshili (rinci).
1. Wajib WUJUD artinya ada, mustahil 'ADAM artinya tidak ada.
WUJUD adalah SIFAT WAJIB bagi Allah yang wajib kita yakini dan benarkan dalam hati.
Artinya adanya Allah pasti ia.
'ADAM adalah SIFAT MUSTAHIL bagi Allah yang wajib kita tolak dalam hati.
Artinya tidak adanya Allah pasti tidak.
ADANYA Allah bukan perkara yang JA-IZ tapi perkara yang WAJIB.
Begitu pula TIDAK ADANYA Allah bukanlah perkara JA-IZ tapi perkara yang MUSTAHIL.
Wajib = pasti ia
Mustahil = pasti tidak
Ja-iz = tidak pasti IA, tidak pasti TIDAK.
Dalil aqli adanya Allah yaitu segala apa yang Allah jadikan.
Dalil naqli atas adanya Allah diantaranya firman Allah pada surah as Sajdah ayat keempat diatasi.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat WUJUD, maka hatinya tidak kosong dari mengingat Allah ketika panca inderanya terhubung dengan segala ciptaan Allah.
#Keduapuluhlima
2. Qidam artinya sedia, maka mustahil didahului 'adam.
Dalilnya :
هو الأول والأخر
Artinya : "Allah Ta'ala jua yang terdahulu dan Dia jua yang terkenudian".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia memberi syukur kepada Allah Ta'ala yang menjadikannya mu'min dan muslim dengan taufiq-Nya adanya.
Keterangan :
Bahas kalimah :
*Sedia = ada tanpa awal
*Didahuluii 'adam = semula tidak ada.
Ungkapan lain, Qidam artinya ada tanpa awal, mustahil Huduts artinya semula tidak ada.
Meng-i'tiqadkan Allah bersifat wajib QIDAM hukumnya wajib.
Adapun meng-i'tiqadkan Allah bersifat mustahil HUDUTS hukumnya juga wajib.
Dalil aqli Allah bersifat wajib QIDAM mustahil HUDUTS, yaitu adanya segala ciptaan-Nya
Adapun dalil naqli Allah bersifat wajib QIDAM, mustahil HUDUTS, diantaranya ayat ketiga surah al Hadid diatas.
Syukur merupakan amaliah bagi orang beriman yang meyakini dan membenarkan bahwa Allah bersifat QIDAM.
Syukur adalah menggunakan ni'mat Allah kepada apa-apa yang Dia ridlai.
#Keduapuluhenam
3. Baqa artinya kekal, mustahil dihubungi 'adam.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
ويبقى وجه ربك ذو الجلال والاكرام
Artinya : "kekal dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia ingat bahwa ia akan mati supaya boleh banyak istighfar bertaubat pada Allah Ta'ala.
Keterangan :
*Mustahil dihubungi 'adam = mustahil ada akhir.
*Istighfar = mohon ampun
*Taubat = kembali setelah salah.
Adanya Allah kekal, dalam arti ketika segala sesuatu sirna, Allah masih ada.
Hal ini wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati dan pengingkarannya berakibat kekal dalam neraka.
Dalil aqli atas kekalnya Allah yaitu segala sesuatu selain Allah.
Maksudnya tidak ada satupun makhluk yang keberadaannya tanpa akhir.
Hal itu menunjukkan hanya Allah satu-satunya yang pantas pada posisi ma'bud (yang disembah), sedangkan selain-Nya layaknya pada posisi 'abid (penyembah).
Dalil naqli bahwa Allah bersifat wajib BAQA', diantaranya ayat ke 27 surah ar Rahman tersebut diatas.
Seseorang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wajib BAQA', akan menyadari bahwa kehidupan makhluk ada masanya berakhir.
Imbas dari itu akan menggemarkan istighfar dan taubat kepada Allah.
#Keduapuluhtujuh
4. Mukhalafatu lilhawadits artinya bersalahan Allah Ta'ala bagi segala yang baharu, maka mustahil bersamaan Allah Ta'ala bagi yang baharu.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
ليس كمثله شئ
Artinya : "tiada seumpama sesuatu".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia memberi tasbih pada Allah Ta'ala jua adanya.
Keterangan :
Ungkapan lain :
Allah bersifat wajib Mukhalafatu lilhawadits = berbeda dengan makhluk.
Mustahil Allah bersifat Mumatsalatuhu lilhawadits = sama dengan makhluk.
Allah bersifat Mukhalafatuhu lilhawadits pasti ia, sedangkan bersifat mumatsalatuhu lilhawadits pasti tidak.
Allah berbeda dengan makhluk, maksudnya Allah bukanlah JIRIM dan bukan pula JISIM.
JIRIM adalah JAUHAR (benda), baik JAUHAR FARD ataupun JAUHAR MURAKKAB.
Sedangkan JISIM adalah sesuatu yang tersusun dari dua JAUHAR FARD atau lebih.
JAUHAR FARD adalah satu benda yang tidak bisa dibagi, sedangkan JAUHAR MURABBAR merupakan satu benda yang bisa dibagi, karena tersusun atas beberapa unsur.
Dalil aqlinya adalah alam semesta ini, sedangkan dalil naqlinya diantaranya ayat ke 11 surah asy Syura tersebut diatas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat mukhalafatuhu lilhawadits, menyadari kelemahan dan kekurangan dirinya dihadapan Allah Ta'ala.
#Keduapuluhdelapan
5. Qiyamuhu Ta'ala Binafsih, artinya berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya, maka mustahil tiada berdiri dengan sendirinya.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
ان الله لغني عن العالمين
Artinya : "bahwasanya Allah Ta'ala yang kaya daripada sekalian alam".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia menyatakan hajatnya dan fakirnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adanya.
Keterangan :
Ungkapan lain bagi sifat wajib Allah Qiyamuhu Ta'ala Binafsih = Allah tidak perlu kepada seseorang ataupun sesuatu.
Dan hal demikian terus menerus tidak berubah.
Sebab maksud wajib "terus menerus begitu," sedang maksud mustahil "terus menerus tidak begitu".
Dalil aqli atas sifat wajib Allah Qiyamuhu Binafsih ini adalah keberadaan alam.
Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Sedangkan dalil naqlinya diantaranya ayat keenam surah al Ankabut di atas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat Qiyamuhu Binafsih akan banyak mengadu dan meminta kepada Allah, sebagai pembuktian bahwa dialah yang perlu kepada Allah, bukan Allah yang perlu kepadanya.
#Keduapuluhsembilan
6. Wahdaniat artinya esa dzat-Nya dan esa sifat-Nya dan esa fi-'il-Nya.
Maka mustahil berbilang dzat-Nya atau sifat-Nya atau fi-'il-Nya.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
قل هو الله احد
Artinya : "katakan olehmu ya Muhammad, Allah Ta'ala Tuhan yang esa".
Maka patut bagi mu'min bahwasanya ia melihat fi-'il-Nya Allah Ta'ala jua atas tiap-tiap kejadian.
Keterangan :
Esa dzat Allah = dzat Allah satu tidak terdiri atas berbagai unsur dan satu tanpa tandingan.
Esa sifat Allah = sifat Allah satu tanpa berpisah-pisah dan satu tanpa tandingan.
Esa fi'il (perbuatan) Allah = apa juapun selain Allah adalah merupakan perbuatan-Nya, dan tanpa ada tandingan.
Dalil aqli atas sifat wahdaniat Allah adalah alam ini, sedangkan dalil naqlinya adalah diantaranya ayat pertama surah al Ikhlas tersebut di atas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wahdaniat, tidak terdinding hatinya dari melihat perbuatan Allah pada apa juapun kejadian.
7. Qudrat artinya kuasa maka mustahil lemah.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
إن الله على كل شيء قدير
Artinya : "artinya bahwasanya Allah Ta'ala atas tiap-tiap suatu yang amat kuasa"..
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia tawadhu, tiada takabbur membesarkan diri, dan banyak takutnya pada Allah Ta'ala adanya.
Keterangan :
Qudrat = kuasa atau mampu.
Dengan pengertian bahwa apa juapun yang Allah perbuat pastilah jadi.
Dalil aqli atas sifat wajib Allah qudrat ini adanya ini alam.
Sedangkan dalil naqlinya, diantaranya ayat ke 16 surah al Baqarah diatas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wajib qudrat menyadari bahwa dirinya tidak bisa apapun dan tidak punya apapun, sehingga mudah untuk menghargai orang lain.
Disamping itu juga akan timbul kesadaran akan kemampuan Allah untuk merubah suatu kejadian, sehingga ketergantungan kepada Allah akan selalu timbul dalam hatinya.
8. Iradat artinya menentukan maka mustahil tergagah.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
فعال لما يريد
Artinya : "berbuat oleh Allah Ta'ala bagi barang yang di tentukan".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia memberi syukur kepada Allah Ta'ala atas tiap-tiap ni'mat dan shabar atas tiap-tiap bahala dunia adanya.
Keterangan :
Segala apa yang terjadi disamping kenyataan qudrat Allah juga kenyataan iradat-Nya.
Apapun yang terjadi pastilah bersesuaian dengan apa yang Dia kehendaki.
Tidaklah Allah memperbuat sesuatu dengan keterpaksaan, karena tidak ada satu kekuatan pun yang mampu memaksa Allah.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat iradat akan bersyukur kepada Allah ketika datang ni'mat dan bersabar ketika datang bala menimpa.
Syukur = ingat sang pemberi (Allah), dan menggunakannya kepada apa yang Dia ridlai
Shabar = ingat dari mana datangnya bala(dari Allah), hati tidak gundah dan ucapan terkontrol serta berusaha menyingkap hikmah dari apa yang terjadi.
9. Ilmu artinya tahu maka mustahil jahil.
Dalilnya :
والله بكل شيء علبم
Artinya: "bermula Allah Ta'ala dengan tiap-tiap suatu yang amat mengetahui".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia amat takut membuat ma'shiat sebab karena tuhannya amat mengetahui akan segala halnya dan perbuatannya adanya.
Keterangan :
Ilmu = terus menerus tahu.
Jahil = ada bagian yang tidak diketahui.
Dalil aqlinya adanya alam ini, sedangkan dalil naqlinya diantaranya adalah ayat kesebelas surah at taghabun diatas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wajib ilmu, dia takut berlaku ma'shiat, karena ia meyakini tidak ada dinding yang menghalangi tahunya Allah atas apa juapun yang terjadi pada makhluk-Nya.
10. Hayat artinya hidup maka mustahil mati.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
وتوكل على الحي اللذى لأ يموت
Artinya ; "serahkan olehmu dirimu kepada Tuhan yang hidup yang tiada mati".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia menyerahkan dirinya kepada Allah Ta'ala adanya.
Keterangan :
Wujud dari yakinnya seseorang akan terus menerus hidupnya Allah, dia akan berserah penuh kepada-Nya atas apapun yang akan terjadi, setelah maksimal melakukan usaha ikhtiar dan doa.
11. Sama' artinya mendengar maka mustahil tuli.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
والله سميع علبم
Artinya : "bermula Allah Ta'ala yang amat mendengar dan amat mengetahui".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia takut berkata yang haram, sebab karena tuhannya amat mendengar akan segala perkataannya adanya.
Keterangan :
Sifat wajib Allah sama' = Allah mendengar tanpa alat bantu dan tanpa batas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wajib Sama', akan berhati-hati dalam membicarakan sesuatu karena takut tidak bersesuaian dengan apa yang Allah perintahkan.
12. Bashar artinya melihat, maka mustahil buta.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
والله بصير بما تعملون
Artinya : "bermula Allah Ta'ala yang amat melihat dengan barang yang dibuat oleh kamu".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia tiada membuat ma'shiat sebab tuhannya amat melihat akan segala perbuatannya adanya.
Keterangan :
Bashar (sifat wajib Allah) = melihat tanpa perlu alat bantu dan tanpa batas.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wajib Bashar, tindak tanduknya terkontrol sebagai efek dari rasa adanya pengawasan Allah atas apa yang dia lakukan.
13. Kalam artinya berkata-kata, mustahil kelu.
Dalilnya firman Allah Ta'ala :
وكلم الله موسى تكليما
Artinya : "berkata-kata Allah Ta'ala akan Nabi Musa akan sempurna kata".
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia banyak-banyak memberi dzikir pada Allah Ta'ala dengan pengharapan sebutan Allah Ta'ala jua adanya.
Keterangan :
Kalam (sifat wajib Allah) = perkataan yang sempurna.
Maksud perkataan yang sempurna yaitu tanpa perantaraan huruf, suara dan lainnya.
Perkataan yang tanpa bandingan, sebagaimana dzat Allah pun tanpa banding.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat Kalam, dia memperbanyak mennyebut ni'mat Allah.
Diantaranya ni'mat Allah adalah ber-Tuhankan Allah Ta'ala dan ber-Nabikan Nabi Muhammad SAW.
Semoga Allah gemarkan kita membaca al Qor'an (kalam Allah yang ditulis) dan menggemarkan shalawat atas Rasul pilihan.
14. Qadirun artinya yang kuasa, mustahil yang lemah.
Dalilnya yaitu dalil sifat Qudrat.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwasanya ia banyak takutnya kepada Tuhannya yang amat kuasa dan lagi besar pengharapannya kepada-Nya dengan memberi segala ni'mat kebajikan padanya.
Keterangan :
Qudrat = kuasa
Qadiran = penguasa.
Antara kekuasaan dengan sang penguasa saling berkait, karenanya dalil untuk Qadiran sama saja dengan dalil Qudrat.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat Qadirun, rasa ketergantungannya kepada Allah sangatlah kuat, karena dia menyadari bahwa Allah mampu merubah satu keadaan kepada keadaan yang lain.
15. Muridun artinya yang menentukan mustahil yang tergagah.
Dalilnya yaitu dalil sifat iradat adanya.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwasanya ia banyak berminta doa pada Allah Ta'ala dengan segala kebajikan dunia dan kebajikan akherat dan menolak segala bahala dunia akherat adanya.
Keterangan :
Iradat = ketentuan
Muridun = sang penentu.
Karena antara iradat dengan muridun berkaitan erat, maka dalil untuk keduanya bersamaan.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat muridun akan menyadari bahwa apapun yang Allah inginkan pastilah terjadi, walau tidak sesuai dengan yang dia ingini.
16. Alimun artinya yang mengetahui maka mustahil yang jahil.
Dalilnya yaitu dalil sifat ilmu adanya.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa ia senantiasa minta pertolongan dari pada Allah Ta'ala didalan tiap-tiap hal ihwalnya dan minta peliharaan daripada tiap-tiap kejahatan dunia akherat adanya.
Keterangan :
Ilmu = tahu tanpa sebab dan tanpa batas
Alimun = yang bersifat ilmu.
Ilmu dengan alimun saling berkait, karenanya dalill ilmu dengan dalil alimun bersamaan.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat wajib alimun, menyadari keluasan ilmu Allah sehingga apapun yang Dia perbuat pastilah bagus dan elok adanya.
Apa juapun yang terjadi kenyataan qodrat dan iradat Allah yang dasarnya adalah ilmu-Nya yang luas tanpa batas.
17. Hayyun artinya yang hidup mustahil yang mati.
Dalilnya yaitu dalil sifat Hayat adanya.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwa senantiasa banyak tawakalnya pada Allah Ta'ala ya'ni serahkan dirinya kepada Allah Ta'ala didalam segala hal ihwalnya jua adanya.
Keterangan :
Hayat = terus menerus hidup.
Hayyun = yang bersifat hayat.
Efek dari yakinnya seseorang atas sifat Hayyun Allah, usaha ikhtiar dijalankannya dengan maksimal, namun hasilnya dia yakini merupakan kenyataan mau dan mampunya Allah SWT.
18. Sami'un artinya yang mendengar maka mustahil yang tuli.
Dalilnya yaitu dalil sifat Sama'adanya.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwasanya ia senantiasa ia memberi pujian-pujian kepada Allah Ta'ala dan banyak memberi syukur kepada-Nya dan banyak minta doa pada-Nya.
Keterangan :
Sama' = mendengar
Sami'un = yang bersifat mendengar.
Efek dari yakinnya seseorang bahwa Allah bersifat Sami'un akan sering melantunkan pujian kepada Allah sebagai tanda berterima kasih atas segala ni'mat-Nya dan memperbanyak menampakkan nilai kehambaan (ibadah).
19. Bashirun artinya yang melihat mustahil yang buta.
Dalilnya yaitu dalil sifat Bashar.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwasanya ia senantiasa banyak malunya kepada Allah yang melihat akan dia membuat dosa atau meninggalkan fardlu jua adanya.
Keterangan :
Bashar = melihat
Bashirun = yang bersifat Bashar.
Efek dari yakinnya seseorang bahwa Allah bersifat bashirun, ada rasa malu kepada Allah ketika memperbuat ma'shiat, baik tersebab melakukan larangan ataupun tersebab meninggalkan perintah.
20. Mutakallimun artinya yang berkata-kata mustahil yang kelu.
Dalilnya yaitu dalil sifat Kalam.
Maka patut bagi mu'min mu'taqid bahwasanya senantiasa ia banyak membaca Qor'an dengan khusyu'dan dengan hormat dan dengan ta'dhim dengan tajwid, maka bukan dengan adu baca qira'at adanya.
Keterangan :
Kalam = berkata/ berfirman.
Mutakallimun = yang bersifat Kalam.
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya bahwa Allah bersifat mutakallimun, akan gemar membaca kalam Allah yang ditulis (al Qor'an) disertai adab dan etika membacanya.
Artinya ta'alluq yaitu tuntut sifat akan pekerjaan yang bertambah dari pada berdiri sifat kepada dzat adanya.
Adapun misal ta'alluq seumpama Qudrat ya'ni kuasa, maka menuntutlah ia akan kenyataan yang dikuasakannya.
Demikian pula misal lain-lain ta'alluq pada sifat-sifat lain adanya.
Keterangan :
Ta'alluq = hubungan.
Bahas ta'alluq merupakan upaya pengenalan Allah melewat apa yang terhubung dengan-Nya.
Pada beberapa bahasan sebelumnya kita ma'lum bahwa dzat (diri) Allah mukhalafah lilhawadits (bukan jirim bukan pula jisim).
Bagaimana mungkin kita mengenali Allah lewat pengenalan dzat-Nya.
Mengenali Allah lewat sifat-sifat-Nya yang sempurna pun juga tidaklah mungkin, sebab sifat tidak berdiri sendiri.
Sifat berdiri pada dzat.
Mengenali Allah yang logis dan memang secara prosedural mestilah melewat menghubungi apa yang Allah hubungi.
Dalam tata bahasa Indonesia kita mengenal adanya istilah subyek, predikat dan objek, maka hubungan antar predikat dari subjek terhadap objek itulah yang disebut ta'alluq.
- subjek = pelaku
- predikat = kelakuan
- objek = sasaran kelakuan.
Atau dalam tata bahasa Arab kita mengenal istilah fi'il, fa-'il dan maf'ul, maka HUBUNGAN antar FI'IL DARI FA'IL TERHADAP MAF'UL itulah yang disebut dengan ta'alluq.
- fa-'il = pelaku
- fi'il = kelakuan
- maf'ul = sasaran kelakuan.
Dipaham dari uraian Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Sifat Qudrat dan Iradat Allah, berta'alluq kepada segala mumkinat.
Sifat Sama, Bashar Allah berta'alluq kepada segala maujudat.
Sifat 'Ilmu dan Kalam, berta'alluq kepada hal-hal yang berhubungan dengan hukum aqal yang tiga, yaitu wajib, mustahil dan ja-iz (harus).
Keterangan :
1. Mumkinat = segala yang keberadaannya tidak tetap.
Berubah-ubahnya mumkinat merupakan kenyataan Qudrat dan Iradat Allah.
Sebab tidaklah terjadi sesuatu terkecuali penampakan mampu (Qudrat) dan mau (Iradat) Allah.
2. Maujudat = segala yang ada.
Maujud ada dua, yaitu maujud qadim dan hadits maujud.
Maujud qadim = keberadaan Allah dengan segala sifat Kesempurnaan-Nya.
Hadits maujud = yang keberadaannya di adakan, yaitu keberadaan selain Allah termasuk keberadaan kita manusia.
Pendengaran dan penglihatan Allah (yang nilainya mukhalafatuh lilhawadits) terhubung dengan keberadaan diri-Nya dan seluruh apa yang Dia cipta.
Ketika pendengaran dan penglihatan kita berfungsi, disitulah kita rasakan mendengar dan melihat-Nya Allah dengan penglihatan dan pendengaran yang sempurna.
3. Dengan Ilmu-Nya Allah tahu akan segala yang wajib, seperti Dirinya bersifat Qudrat.
Dengan ilmu-Nya Allah tahu bahwa diri-Nya mustahil bersifat lemah.
Dan dengan ilmu-Nya Dia tahu akan hal ihwal seluruh ciptaan-Nya.
Dengan kalam-Nya, Allah menunjukkan keberadaan diri-Nya dengan segala sifat kesempurnaa-Nya.
Dan dengan kalan-Nya, Allah beri petunjuk kepada makhluk-Nya agar beroleh keselamatan dunia dan akhirat
Dipaham dari ungkapan Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Dua puluh sifat wajib bagi Allah yang wajib diketahui, dikelompokkan pada empat kelompok :
1. Sifat Nafsiah, yaitu sifat wujud.
2. Sifat Salbiah, yaitu sifat qidam, baqa', mukhalafah lilhawadits, qiyamuhu binafsih dan wahdaniat.
3. Sifat ma'ani, yaitu sifat qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama', bashar dan kalam.
4. Sifat ma'nawiyah, yaitu sifat qadirun, muridun, alimun, hayyun, sami'un, bashirun dan mutakallimun.
Keterangan :
1. Sifat nafsiah adalah sifat dzat atau diri Allah.
2. Sifat salbiyah, yaitu segala sifat yang menerangkan bahwa wujud Allah tidak sama dengan wujud selain diri-Nya.
3. Sifat ma'ani, yaitu segala sifat yang menerangkan kesempurnaan perbuatan Allah.
4. Sifat ma'nawiyah, yaitu segala sifat yang menerangkan tentang yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan tersebut.
Allah ada (wujud).
Adanya Allah tanpa awal (qidam), tanpa akhir (baqa'), tanpa persamaan (mukhalafah lilhawadits), tanpa perlu bantuan seseorang atau sesuatu (qiyam binafsih) dan tanpa tandingan (wahdaniat).
Allah bila memperbuat sesuatu pasti jadi (qudrat/ qadirun)), bersesuaian dengan apa yang di ingini (Iradat/ muridun), pasti bagus, karena Dia tahu akan apa yang diperbuat (ilmu/ alimun), mengawasi dengan sifat sama' dan bashar-Nya,, serta memberi petunjuk untuk keselamatan dunia hingga akherat (kalam).
Adapun yang harus pada Allah Ta'ala maka adalah itu satu jua yaitu :
فعل كل ممكن أو تركه
Artinya : membuat akan segala mumkin atau meninggalkan dia.
Keterangan :
Sifat harus = sifat ja-iz.
Mumkin = yang keberadaannya tidak pasti.
Keberadaan manusia beserta apa yang ada padanya, termasuk kemampuan beraktifitas, masuk pada nilai mumkin.
Sifat ja-iz bagi Allah hanya satu yaitu :
"bebas melakukan apa juapun terhadap mumkin".
Orang beriman yang Allah letakkan pada hatinya aqli (akal yang sempurna) akan menerima saja perubahan apa juapun yang Allah perbuat.
Ketika yang Allah perbuat bersesuaian dengan yang dikehendaki bersyukur, ketika tidak bersesuaian dengan yang dikehendaki bersabar.
Maka jadi jumlahnya aqa-idul iman "fi haqqillahi ta'ala" empat puluh satu.
Dua puluh dari pada itu yang wajib, dan dua puluh yang mustahil dan satu yang harus adanya.
Keterangan :
Aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na
لا إله إلا الله
yang wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati (secara tafshili) jumlahnya ada empat puluh satu, dengan rincian :
- dua puluh sifat wajib bagi Allah,
- dua puluh sifat mustahil bagi Allah,
- satu sifat ja-iz bagi Allah.
Secara jumli sifat wajib Allah tanpa batasan jumlah, terhimpun dalam ungkapan :
ALLAH BERSIFAT DENGAN SEGALA SIFAT KESEMPURNAAN".
Sedangkan sifat mustahil bagi Allah secara jumli juga tidak terbatas, terangkum dalam ungkapan :
MAHA SUCI DARI BERSIFAT KEKURANGAN DAN MAHA SUCI DARI DAPAT TERBAYANG PADA ANGAN.
Syahdan, lagi sebagaimana yang telah tersebut yaitu wajib i'tiqad atas tiap-tiap mukallaf bahwa dua puluh sifat itu WAJIB BAGI ALLAH TA'ALA, dan wajib i'tiqad bahwa lawannya dua puluh sifat itu MUSTAHIL PADA ALLAH TA'ALA dan wajib i'tiqad bahwa yang harus pada Allah Ta'ala yaitu satu jua.
Jadi sekaliannya itu empat puluh satu aqa-id.
Keterangan :
Syahdan = selanjutnya
Dua puluh sifat wajib, dua puluh sifat mustahil dan satu sifat ja-iz (harus) bagi Allah itu wajib di i'tiqadkan (diyakini dan dibenarkan dalam hati).
Kedua puluh sifat wajib bagi Allah yaitu :
- WUJUD
- QIDAM, BAQA', MUKHALAFATUHU TA'ALA LILHADITS, QIYAMUHU TA'ALA BINAFSIH dan WAHDANIAT
- QUDRAT, IRADAT, 'ILMU, HAYATI, SAMA, BASHAR dan KALAM.
- QADIRUN, MURIDUN, 'ALIMUN, HAYYUN, SAMI'UN, BASHIRUN dan MUTAKALLIMUN.
Dua puluh sifat mustahil merupakan lawan dari kedua puluh sifat wajib bagi Allah di atas.
Sifat ja-iz bagi Allah hanya satu, yaitu :
"MENJADIKAN SEKALIAN ALAM ATAU TIDAK MENJADIKANNYA".
Maka wajib pula atas tiap-tiap mukallaf me-i'tiqadkan lagi dengan sembilan aqa-id ini.
Bermula wajib i'tiqad bahwa mustahil pada Allah Ta'ala kewajiban atasnya membuat segala mumkin atau meninggalkannya, yaitu lawanan yang harus pada Allah Ta'ala.
Keterangan :
Disamping wajib meyakini dan membenarkan dalam hati EMPAT PULUH SATU aqa-idul iman yang disebutkan, juga wajib meyakini dan membenarkan dalam hati akan SEMBILAN aqa-idul iman berikut :
1. MUSTAHIL bagi Allah menjadikan atau tidak menjadikan sekalian alam ini WAJIB.
Ini merupakan kebalikan dari sifat ja-iz (harus) bagi Allah yaitu MENJADIKAN ATAU TIDAK MENJADIKAN SEKALIAN ALAM BAGI ALLAH HARUS (JA-IZ) saja, bukan WAJIB bukan pula MUSTAHIL.
Kalau Allah mampu merubah orang miskin menjadi kaya, maka mampu pula Allah menetapkan orang miskin tetap dalam kemiskinannya.
Kedua wajib i'tiqad
تنزهه تعالى عن الاغراص في افعاله واحكامه
Artinya :
"Maha suci tuhan dari pada mengambil fa-idah didalam segala perbuatannya atau didalam hukumnya.
Ketiga wajib i'tiqad bahwa mustahil pada Allah mengambil fa-idah itu.
Keterangan :
Wajib pula meyakini dan membenarkan dalam hati bahwa :
2. Maha suci Allah dari memanfa'atkan apa yang Dia cipta dan maha suci pula dari memanfa'atkan hukum yang Dia tetapkan.
3. Mustahil Allah memanfa'atkan apa yang Dia cipta dan memanfa'atkan hukum yang Dia tetapkan.
Bahwa Allah mencipta sesuatu dan menentukan hukum ada manfa'at bukan kesia-siaan, itu jelas.
Tapi manfa'at pada ma'na HIKMAH bukan GHARADL.
Beda Gharadl dengan Hikmah.
Contoh keberadaan awan.
Gharadl = tanpa awan Allah tidak mampu menurunkan hujan, sehingga untuk menurunkan hujan Allah musti mencipta awan terlebih dahulu.
Hikmah = sebenarnya tanpa sebab awan Allah mampu menurunkan hujan, namun Dia menghendaki turunnya hujan tersebab awan
Contoh lain amal tha'at.
Gharadl = Allah masukkan seseorang kedalam sorga mesti dengan sebab ketha'atannya.
Hikmah = sebenarnya tanpa amal shaleh Allah bisa saja memasukkan seseorang kedalam sorga-Nya, namun Dia tentukan bahwa seorang hamba beroleh sorga dengan tha'atnya.
Allah berbuat sesuai yang Dia kehendaki, tidak ada satu kekuatan pun yang mampu mempengaruhi dan memaksa-Nya.
Yang perlu kita llakukan adalah pembuktian sebagai seorang hamba yang ketika berharap rahmat Allah selayaknya berbuat sesuai apa yang Dia atur.
Perintah-Nya dijalankan, larangan-Nya dihindarkan.
Keempat wajib i'tiqad
ان لا تأثير لشئ من الكائنات بقوته
Artinya wajib bagi segala mumkin bahwa ia tiada memberi belas dengan kuatnya.
Kelima mustahil wajib i'tiqad bahwa mustahil pada segala mumkin bahwa ia memberi bekas dengan kuatnya.
Keterangan :
Wajib pula meyakini dan membenarkan dalam hati bahwa :
4. Kekuatan makhluk wajib (pasti) tidak memberi bekas (efek).
5. Kekuatan makhluk mustahil (pasti tidak) memberi bekas (efek).
Hal demikian sangat beralasan, jangankan kekuatan, diri makhluk itu sendiri tidaklah ada tanpa diadakan.
Karenanya ketika minum obat berharaplah kesembuhannya kepada Allah.
Keenam wajib i'tiqad
حدوث العالم
Artinya: baharu sekalian alam.
Ketujuh wajib i'tiqad qadim sekalian alam.
Keterangan :
Wajib pula meyakini dan membenarkan dalam hati bahwa :
6. Alam (selain Allah) semuanya huduts.
Huduts = ada dengan awal
7. Mustahil seluruh alam qadim, sebab yang qadim hanya Allah.
Qadim = ada tanpa awal.
Kedelapan wajib i'tiqad
لا تأثير لشئ من الكائنات بطبعه
Artinya : wajib bagi sekalian mumkin bahwa ia tidak memberi bekas dengan thabi'atnya.
Kesembilan wajib i'tiqad bahwa mustahil pada sekalian mumkin bahwa ia memberi bekas dengan thabi'atnya.
Keterangan :
Beda thabi'at dengan kuat.
Pada contoh api.
Thabi'at api = panas.
Kekuatan api = membakar sesuatu.
Jadi jumlah sekalian aqa-id ini lima puluh aqa-id.
Keterangan :
Aqa-id = jama' dari aqidah.
Aqidah = sesuatu yang wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati.
Aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na
لا اله الا الله
yang wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati ada lima puluh, yaitu terdiri dari :
- dua puluh sifat wajib bagi Allah,
- dua puluh sifat mustahil bagi Allah,
- satu sifat ja-iz (harus) bagi Allah dan
- sembilan wajib i'tiqad.
Maka lazim sekalian aqa-idul ini masuk pada ma'na
لا اله الا الله
Sebab artinya
لا اله
ya'ni
لا معبود بحق
Artinya : tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya.
Keterangan :
إله
ma'nanya
معبود بحق
Ma'na Tuhan yaitu yang disembah dengan sebenarnya (yang pantas/ layak disembah).
Aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na
لا اله إلا الله
baik secara jumli maupun tafshili (yang telah disebutkan) itulah kenyataan bahwa Allahlah "yang pantas disembah", selain-Nya pantasnya "penyembah".
Dan lazimnya
معبود بحق
bahwa ia
مستغنى عن كل ما سواه ومفتقر اليه كل ما عداه
Artinya : lazim bagi Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya bahwa ia kaya dari pada tiap-tiap lainya dan berkehendak oleh tiap-tiap lainnya kepada-Nya.
Keterangan :
"ILAH" pada kalimah "LA ILAHA ILLAH" yang dalam bahasa Indonesia berarti Tuhan berma'na MA'BUD BIHAQ artinya yang disembah dengan sebenarnya.
Kenyataan Allah MA'BUD BIHAQ adalah kelima puluh aqa-id yang telah diterangkan sebelumnya.
Selanjutnya lazimnya "yang disembah dengan sebenarnya" itu :
MUSTAGHNY 'AN KULLI MA SIWAH(ISTIGHNA) = tidak berhajat kepada selain-Nya bahkan MUFTAQIR ILAIHI KULLU MA 'ADAH (IFTIQAR) = mampu memenuhi hajat selain-Nya.
Maka nyatalah kelaziman kekayaan Tuhan jalla wa'azza dari tiap-tiap lainnya
dan berkehendak tiap-tiap lainnya kepada-Nya dengan lima puluh aqa-id yang
telah tersebut itu.
Maka terbahagilah lima puluh aqa-id ini dengan dua bagian.
Bermula dua puluh delapan aqa-id lazim masuknya pada :
استغناءه تعالى عن كل ما سواه
dan dua puluh dua aqa-id lazim masuknya pada :
افتقار كل ما عداه اليه سبحانه تعالى
sebagaimana lagi akan datang tersebut dibelakang ini dengan dua puluh lima aqa-id, maka bersama-sama lawannya yang tiada tertulis disini menjadi sekalian itu lima puluh aqa-id.
Maka sekaliannya itu ada didalam ma'na
لا مستغنيا عن كل ما سواه
ومفتقرا البه كل ما عداه الا الله
Keterangan :
Dipaham dari uraian diatas dan photo lembar kesepuluh kitab susunan Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya ini, bahwa kelima puluh aqa-id yang telah disebutkan itu :
1. Dua puluh delapan aqa-id masuk pada ma'na lazim ISTIGHNA dengan rincian :
* wujud, qidam, baqa', mukhalafah lilhawadits, qiyamuhu binafsih (serta masing-masing mustahilnya),
* sama', bashar, kalam, sami'un, bashirun dan mutakallimun (serta masing-masing mustahilnya),
* تنزهه تعالى عن الأغراض في افعاله وأحكامه
* لا يجب عليه فعل شيء من الممكنات ولا تركه
* لا تأثير لشئ من الكائنات بقوته
(serta masing-masing mustahilnya).
2. Dua puluh dua aqa-id masuk pada ma'na lazim IFTIQAR dengan rincian :
* wahdaniat (serta mustahilnya),
* qudrat, iradat, ilmu, hayat, qadirun, muridun, alimun, dan hayyun (serta masing-masing mustahilnya),
* لا تأثير لشئ من الكائنات بطبعه
* حدوث العالم بأسره
( serta mustahil keduanya).
NB.
ISTIGHNA = Allah tidak berhajat kepada selain-Nya.
IFTIQAR = Allah mampu memenuhi hajat selain-Nya.
Tanbih artinya ini suatu percegahan.
Bermula dengan sebagaimana yang telah tersebut di dalam ini kitab, maka diketahuilah bahwasanya wajib syar'ie atas tiap-tiap mukallaf bahwa ia me-i'tiqadkan dengan segala i'tiqad yang tersebut itu.
Maka tiadalah suatu i'tiqad daripada yang demikian itu bahwa harus ber-i'tiqad dengan dia.
Keterangan :
Tanbih = perhatian.
Hukum syar'ie (taklifi) ada lima, yaitu wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah.
Meng-i'tiqadkan adanya sifat-sifat wajib bagi Allah hukumnya wajib pada hukum syar'ie.
Begitu pula meng-i'tiqadkan adanya segala sifat mustahil dan sifat ja-iz (harus) bagi Allah, juga hukumnya wajib syar'ie.
Meninggalkan kewajiban yang berhubungan dengan i'tiqad berakibat siksa neraka dan kekal didalamnya.
Meninggalkan kewajiban yang berhubungan nilai syari'at tanpa menolak nilai wajibnya, berakibat siksa neraka namun tidak kekal didalamnya.
Kedua telah diketahui pula bahwasanya tiap-tiap i'tiqad yang wajib bagi Tuhan atau bagi lainnya, maka yaitu wajib aqli bagi mu'taqadnya ya'ni yang di i'tiqadkan baginya.
Keterangan :
Allah wajib wujud, qidam, baqa'dan lainnya, itu disebut mu'taqad (yang wajib secara syar'ie diyakini dan dibenarkan dalam hati).
Dan nilai wujud, qidam, baqa'dan lainnya itu, wajib pada hukum aqli.
Wajib pada hukum aqli yaitu sesuatu yang pasti ia, selalu begitu, tidak berubah.
Seperti Allah wajib wujud, maksudnya Allah terus menerus ada.
Kalau wajib pada hukum syar'ie yaitu sesuatu yang berakibat dosa ketika ditinggalkan dan berpahala ketika dikerjakan.
Ketiga telah diketahui pula bahwasanya WAJIB bagi Allah Ta'ala
تنزهه تعالى عن الأغراض في افعاله واحكامه
dan MUSTAHIL pada-Nya lawannya.
Keempat telah diketahui pula bahwasanya WAJIB bagi si baharu tidak
memberi bekas dengan thabi'atnya atau dengan kuatnya,
dan MUSTAHIL padanya memberi bekas itu.
Kelima telah diketahui pula bahwa wajib
حدوث العالم
sekaliannya maka mustahil qidamnya.
Keenam telah diketahui pula bahwasanya lima puluh aqa-id yang
tersebut itu lazim masuknya pada
استغناءه تعالى عن كل ما سواه
وافتقار كل ما عداه اليه تعالى
Ketujuh maka telah diketahui bahwasanya yang HARUS bagi Allah Ta'ala
itulah satu jua yaitu
فعل كل ممكن أو تركه
.....maka apabila telah dipaham baik-baik akan sekalian tujuh perkara ini, maka diketahuilah dengan yang demikian itu akan salahnya yang berkata ketika ia membahagi sifat ISTGHNA -IFTIQAR dengan katanya :
" dan masuk HARUS pula lima perkara ".
Maka adalah kesalahan yang amat besar merusakkan aqa'idul iman.
Sebab bahwasanya yang HARUS pada Allah Ta'ala yaitulah SATU JUA
فعل كل ممكن أو تركه
maka yang lainnya tiada.
Keterangan :
Pengistilahan harus dalam bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Arab.
Kata HARUS pada bahasa Indonesia mengarah pada upaya penekanan atas suatu ketetapan hingga setara dengan wajib dalam hukum syar'ie.
Adapun HARUS pada bahasa Arab dan yang terkait pada hukum aqli berma'na :
"sesuatu yang akal menerima dua hal yang berlawanan, bisa ia bisa pula tidak".
Dan HARUS ketika terkait dengan hukum syar'ie berma'na :
"sesuatu yang tidak berpahala tidak pula berdosa, baik dikerjakan ataupun ditinggalkan".
Ini perlu perhatian !
Dan tiada shah dikata :
- harus baginya atau
- harus i'tiqadnya atau
- harus bagi mu'taqidnya atau
- harus masuknya pada :
استغناءه تعالى
Adapun artinya :
وثلاثة من الجاءزات يعنى من الممكنات
maka bukan dari pada yang harus adanya.
Keterangan :
HARUS yang dimaksud pada kalimah di atas merupakan sesuatu yang wajib di i'tiqadkan (diyakini dan dibenarkan dalan hati).
Semestinya kalimah HARUS diganti dengan :
- wajib baginya atau
- wajib i'tiqadnya atau
- wajib bagi mu'taqidnya atau
- wajib masuknya pada :
ايتغناءه تعالى
Adapun kata
وثلاثة من الجاءزات
maksudnya adalah :
وثلاثة من الممكنات
Sebenarnya antara kalimah JA-IZAT dan MUMKINAT ma'nanya hampir bersamaan, yaitu perkara-perkara yang keberadaannya tidak pasti, namun dalam pemakaian ketika menjadi bagian dari suatu ungkapan akan dipergunakan secara berbeda.
Tanbih : lagi tiada harus pula bahwa dikata qudrat iradat sifat iftiqar melainkan yang shah dikata bahwa qudrat iradat itu sifat Tuhan yang melazimkan iftiqar lainnya kepada-Nya.
Demikian pula dikata pada lain sifat jua adanya.
Keterangan :
Tiada harus = tidak boleh
Shah dikata = perkataan yang semestinya.
IFTIQAR itu bukan sifat Allah, namun MA'NA LAZIM dari lafadh LA ILAHA ILLAH yang padanya terkandung beberapa sifat Allah yang merupakan kenyataan keberhajatan selain Allah kepada-Nya.
Adapun segala yang wajib bagi sekalian rusul
صلوات الله عليهم وسلامه
maka yaitu empat perkara, yang tersebut di bawah ini dan yang mustahil pada mereka itu yaitu lawanan empat perkara ini.
1. Shidiq artinya benar, maka mustahil kidzib artinya dusta.
2. Amanah artinya kepercayaan, maka mustahil khianat artinya tiada amanah.
3. Tabligh artinya menyampaikan, maka mustahil kitman artinya menyembunyikan.
4. Fathanah artinya sempurna pengertian, maka mustahil baladah artinya dungu.
Keterangan :
Sifat wajib bagi para rasul = sifat yang terus menerus ada pada diri para rasul.
Shidiq = selalu berkata benar
Amanah = tidak ada sedikitpun membuat kedosaan, baik dosa kecil apalagi dosa besar.
Tabligh = selalu menyampaikan apa yang di suruh sampaikan.
Fathanah = sangat cerdas dan sangat paham.
Adapun yang harus bagi sekalian rusul maka adalah itu satu perkara jua yaitu :
الاعراض البشريه
artinya perangai tubuh manusia, seumpama makan, minum dan tidur dan jaga.
Maka mustahil pada mereka itu "'ARADL BASYARIAH" yang menjadi kekurangan, seperti sakit gila atau sakit besar jua adanya.
Keterangan :
Sifat ja-iz bagi para rasul hanya satu yaitu bersifat kemanusiaan.
Dalam artian walau para rasul itu manusia, namun sifat kemanusiaan yang ada pada mereka nilainya harus (ja-iz), bukan WAJIB bukan pula MUSTAHIL.
Seperti makan dan minum, bagi manusia biasa nilainya wajib (musti/ pasti) buat mempertahankan hidup, namun bagi para rasul nilainya ja-iz (tidak musti).
Hal yang mustahil bagi sifat ja-iz (harus) bagi para rasul yaitu :
"bersifat kemanusiaan yang merendahkan derajat mereka selaku manusia pilihan", seperti mengidap penyakit yang membuat masyarakat merasa jijik sehingga menjauhinya mereka.
Dibawah ini ada tersebut rukun-rukun iman enam perkara.
Bermula artinya iman yaitu tashdieq ya'ni membenarkan.
Dan artinya Islam menjunjung akan segala perintah Allah jua adanya.
Rukun iman enam perkara :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
4. Iman kepada para rasul Allah
5. Iman kepada hari kemudian.
6. Iman kepada qadar baik dan buruk dari Allah.
Keterangan :
Ma'na iman hanya "membenarkan".
Sedangkan menegakkan apa yang Allah suruh dan menjauhi apa yang Allah larang itu merupakan ma'na dari Islam.
Bermula rukun Iman yang pertama percaya pada Allah Ta'ala bahwasanya Dia Tuhan
معبود بحق.
Rukun iman yang keenam percaya pada taqdir Allah didalam kejadian tiap-tiap sesuatu.
Keterangan :
Maksud percaya Allah Tuhan, yaitu percaya bahwa YANG BERHAK DISEMBAH HANYA ALLAH.
Taqdir adalah sesuatu yang sudah terjadi.
Bilamana seorang muslim ridla atas apa yang telah terjadi, maka didapatlah pengamalan atas rukun iman yang keenam.
Disatukan oleh Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya antar rukun iman yang pertama dan keenam, isyarat bahwa :
"ketika aqa'idul iman yang terkandung pada ma'na LA ILAHA ILLAH sudah diyakini dan dibenarkan dalam hati, maka akan didapatlah pengamalan atas dua dari rukun iman yang enam, yaitu rukun iman yang pertama dan rukun iman yang keenam".
Rukun iman yang kedua percaya pada sekalian malaikat bahwa mereka itu hamba Allah yang mulia, bukan laki-laki bukan perempuan dan sangat membuat tha'at pada Allah dan tiada membuat ma'shiat.
Maka wajib iman dengan tafshil dari pada mereka itu yaitu yang tersebut di bawah ini :
* Jibra-il, Mika-il, Israfil, Izra-il,
* Munkar (dan) Nakir, dua-duanya yang menanya dalam kubur.
* Rakib, yang tulis kebaikan,
'Atid, yang tulis amal kejahatan.
* Malik, yang jaga neraka.
Ridwan, yang jaga sorga.
* Yang pikul Arasy, didunia enpat (orang), diakherat delapan (orang).
* Yang jaga neraka sembilan belas (orang).
Keterangan :
Malaikat kata jama' dari malak.
Jumlah malaikat sebenarnya sangat banyak, namun yang wajib diketahui hanya beberapa orang, yaitu yang telah disebutkan oleh Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya di atas dengan rincian :
* Jibra-il (Jibril), Mika-il, Israfil, Izra-il, Munkar, Nakir, Raqib, 'Atid, Malik dan Ridwan.
* Malaikat Hamalatul 'Arasy.
Jumlah mereka saat ini enpat orang dan diakherat nanti delapan orang.
" Malaikat Zabaniah, yaitu malaikat yang bertugas melakukan penyiksaan terhadap penghuni neraka.
Jumlah mereka ada sembilan belas orang.
Adanya malaikat akan mudah di imani oleh mereka yang meyakini dan membenarkan dalam hati akan sifat wajib bagi para rasul, terutama Shidiq.
Rukun iman yang ketiga percaya pada segala kitab yang turun dari langit.
Adalah itu dengan tafshil empat kitab, tersebut satu-satunya dibawah ini dengan
nama-nama nabinya.
Adapun (kitab-kitab) yang lainnya yaitu dengan ijmal saja dan aturan shuhuf.
Itulah yang mu'ramad.
1. Kitab Taurat, bagi Nabi Daud 'Alaihissalam.
2. Kitab Zabur, bagi Nabi Daud 'Alaihissalam.
3. Kitab Injil, bagi Nabi 'Isa 'Alaihissalam.
4. Kitab Al Qur'an, bagi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam.
- enam puluh shuhuf, bagi Nabi Syits 'Alaihissalam,
- tiga puluh shuhuf, bagi Nabi Ibrahim 'Alaihissalam,
- sepuluh shuhuf, bagi Nabi Musa 'Alaihissalam sebelum (kitab) Taurat.
Keterangan :
Kitab yaitu lembaran-lembaran berisi firman Allah yang dibukukan.
Shuhuf kata jama' dari shahifah yaitu lembaran-lembaran firman Allah yang tidak dibukukan.
Kebenaran keberadaan kitab dan shuhuf yang Allah turunkan kepada para Nabi dan rasul Allah ini akan mudah di imani oleh mereka yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya akan keberadaan sifat wajib bagi para nabi dan Rasul Allah, terutama sifat wajib Shidiq.
Rukun iman yang keempat percaya pada sekalian rusul 'alaihimus shalatu
wassalam dengan tafshil yaitu dua puluh lima yang dibawah ini yaitu
yang tersebut didalam Qur'an.
Adapun lain-lainnya maka kata setengah ulama sebilangan huruf
MUHAMMAD dengan JUMLATUL KUBRA adanya.
Nama-nama dua puluh lima orang Rasul :
1. Adam
2. Idris
3. Nuh
4. Hud
5. Shaleh
6. Ibrahim
7. Luth
8. Ismail
9. Ishaq
10. Ya'kub
11. Yusuf
12. Ayyub
13. Syu'aib
14. Harun
15. Musa
16. Ilyasa'
17. Dzulkifli
18. Daud
19. Sulaiman
20. Ilyas
21. Yunus
22. Zakaria
23. Yahya
24. Isa
25. Muhammad.
Keterangan :
Jumlah nabi sangat banyak, ada yang berpendapat seratus dua puluh empat ribu orang, sedangkan jumlah rasul tiga ratus tiga belas orang.
Adapun kedua puluh lima orang yang disebutkan oleh Habib Utsman diatas adalah para nabi dan rasul yang wajib untuk diketahui.
Keberadaan para nabi dan para rasul akan mudah di imani oleh mereka yang meyakini dan membenarkan dalam hati akan aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na MUHAMMADUR RASULULLAH, utamanya sifat wajib Shidiq.
Rukun iman kelima percaya pada hari kiamat dengan segala hal ihwalnya
seumpama mahsyar dan shirath dan mizan dan syafa'at dan kautsar
dan sorga dan neraka adanya.
Keterangan :
Hari kiamat merupakan hari penghancuran alam semesta.
Semua yang kala itu masih tegak runtuh, semua yang ada hancur dan semua yang hidup mati.
Mahsyar adalah tenpat dikumpulkannya seluruh makhluk yang semula mati, setelah di bangkitkan.
Shirath yaitu jembatan yang terbentang diatas neraka jahannam.
Yang dapat melewatinya berarti berhasil mencapai sorga-Nya Allah.
Mizan artinya timbangan.
Setiap amal hamba Allah akan diperhitungkan dan ditimbang.
Sehingga akan diketahui seberapa banyak dan seberapa berat amal baik maupun amal buruk mereka.
Syafa'at yaitu kewenangan untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan diakherat kelak, yang Allah anugerahkan kepada mereka yang Dia kehendaki terutama kepada nabi Muhammad.
Kautsar adalah telaga disorga yang Allah peruntukan buat Nabi Muhammad yang oleh beliau diperuntukkan bagi umatnya.
Siapa yang meminum air dari telaga Kautsar tidak akan haus selamanya.
Sorga adalah tempat yang penuh ni'mat yang Allah sediakan buat hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh.
Neraka adalah tempat siksaan bagi orang kafir atau bagi orang beriman yang berbuat ma'shiat.
Syahdan, lagi bermula wajib atas tiap-tiap mukallaf bahwa ia mengetahui akan hal ihwal Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dengan sebagaimana yang telah dikhususkan oleh ulama akan kewajibannya itu dengan ikhtisar ya'ni dengan pendek perkataan.
Inilah ia.
Keterangan :
Wajib bagi orang Islam yang sudah baligh lagi berakal mengenal beberapa hal yang berhubungan dengan jati diri Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Bermula wajib atas tiap-tiap mukallaf ber-i'tiqad bahwasanya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam diberanakkan dinegeri Makkatul Musyarrafah yang mulia, dengan beberapa pertunjukan dari pada Allah Ta'ala akan kemuliaannya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam diwaktu diberanakkannya oleh ibunya.
Keterangan :
Poin penting yang ada pada uraian diatas :
1. Wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati bahwa Nabi Muhammad shalallahu 'alaihil wasallam lahir dikota Makkah.
2. Wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati segala hal yang menta'jubkan seputar kelahiran Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, seperti beliau lahir dalam keadaan sudah berkhitan dan lainnya.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Dan terlalu elok putih rupanya, dan terlalu baik perangainya dan tingkah lakunya, dan terlalu banyak ibadatnya.
Maka dimasa lewat umurnya empat puluh tahun maka dikurniakan oleh Allah Ta'ala akan mi'raj Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam didalam satu malam dari Makkah ke Baitul maqdis lalu naik ke tujuh lapis langit bersama-sama Jibra-il 'alaihissalam, karena menerima akan segala perintahan Tuhan 'azza wajalla kepada sekalian manusia dan sekalian jin.
Keterangan :
Poin penting pada uraian diatas :
1. Wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati bahwa Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam itu sangat tampan, berbudi pekerti yang sangat luhur, dan ibadah beliau sangat banyak, gigih dan kuat.
2. Peristiwa isra dan mi'raj yang Allah anugerahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Sebagai lagi dimasa umurnya lima puluh tahun maka berpindahlah Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam kenegeri Madinatul Munawwarah, yaitu negeri mulia yang kedua.
Syahdan, maka dimasa umurnya enan puluh tiga tahun, maka Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dinegeri Madinah.
Maka disitulah dikuburkannya.
Keterangan :
Poin penting pada uraian diatas :
1. Wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati akan hijrahnya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, ketika berumur lima puluh tahunan.
2. Wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati bahwa kota Madinah adalah kota mulia sesudah kota Makkah.
3.Wajib diyakini dan dibenarkan dalam hati bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam wafat dan dimakamkan dikota Madinah al Munawwarah.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Sebagai lagi wajib diketahui akan nama ayahda dan bunda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Dan demikian pula kata setengah dari pada ulama bahwa wajib mengetahui akan nama-nama anak bininya.
Dan inilah tersebut dibawah ini bilangan sekalian mereka itu, dengan tambah lagi nama-nama empat shahabat dan cucunya Rasulullah dan mama susunya Radhiallahu Anhum.
* Ayahda Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bernama Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab.
* Ibunda Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam bernama Aminah binti Wahab.
* Anak-anak Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam ada tujuh orang, yaitu :
Qashim, Abdullah (gelar Thayyib dan Thahir), Ibrahim, Fatimah, Zainab, Rukayyah dan Ummu Kultsum.
* Cucu nama Muhammad shalallahu'alaihi wasallam (yang wajib diketahui) yaitu Hasan dan Husein.
" Ibu susu Nabi Muhammad shalallahu'alaihi yaitu Tsuwaibatul Aslamiyah dan Halimatus Sa''diyah.
* Isteri-isteri Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, yaitu :
Aisyah, Hafshah, Saudah, Shafiyyah, Maimunah, Ramlah, Hindun, Zainab binti Jahsyi dan Juwariyah.
* Paman dan bibi Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, yaitu :
Hamzah, Abbas dan Shafiyyah.
* Shahabat Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam (yang pilihan), yaitu :
Abu Bakar (as Shiddiq), Umar (bin Khattab), Utsman (bin Affan) dan Ali (bin Abi Thalib).
Keterangan :
Tentang nama-nama isteri Nabi Muhammad shalallahu'alaihi yang disebutkan diatas adalah yang wafat setelah wafat beliau.
Adapun isteri Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam yang wafat sebelum kewafatan beliau yaitu Khadijah al Kubra dan Zainab binti Khuzaimah.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Syahdan, lagi sesudahnya nyata himpunan lima puluh aqa-idul iman itu didalam kalimah syahadat yang pertama, maka ditambahkan lagi dibawah ini dengan beberapa lagi ma'na syahadat tauhid.
Maka mudah-mudahan dengan taufiq Allah Ta'ala dibukakan hati yang baca padanya dengan menghadirkan sekalian ma'na itu didalam hatinya hingga dapat tercanpur cahaya ma'na dua kalimah syahadat itu didarah dagingnya selamanya hidup, hingga matinya dengan husnul khatimah.
Keterangan :
* SYAHADAT PERTAMA dengan ma'na :
لا معبود بحق الا الله
(tidak ada yang disembah dengan sebenarnya melainkan Allah).
Dan
لا مستغنيا عن كل ما سواه ومفتقرا اليه كل ما عداه الا الله
(tidak ada yang tidak berhajat kepada selain-Nya dan tidak ada yang dihajatkan oleh selain-Nya hanya Allah),
...... hanya dua dari beberapa ma'na syahadat pertama.
Akan menyusul ma'na syahadat pertama yang lainnya.
* Manisnya ber-Tuhankan Allah akan dirasakan oleh mereka yang mengetahui, meyakini dan membenarkan dalam hatinya akan aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na kalimah syahadat pertama tersebut, sesuai pada ma'na mana yang Allah kehendaki.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Dan lagi berkata setengah ulama bahwa dua kalimah syahadat itu hurufnya ada dua puluh empat huruf.
Didalam sehari semalam ada dua puluh empat jam.
Maka diharap ampunan tuhan dengan dengan dua puluh empat huruf itu pada dosa dua puluh empat jam.
Dan lagi dua kalimah itu ada tujuh kalimahnya.
Maka diharap pada tuhan mengampuni dosa tujuh anggota dan meluputkan tujuh
api neraka jua adanya.
Keterangan :
Kesesuaian jumlah kalimah (kata) dan jumlah huruf pada dua kalimah syahadat itu menjadi bahan kita buat mengharap ampunan Allah serta penghindaran kepada-Nya dari siksa neraka.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
لا اله الا الله
LA = kalimah nafi
ILAHA = kalimah manfi
ILLA = kalimah itsbat
ALLAH = mutsbat.
Keterangan :
Nafi = penolakan
Manfi = yang ditolak
Itsbat = penetapan.
Mutsbat = yang ditetapkan.
Kata "LA ILAHA" ma'nanya "tidak ada yang disembah dengan sebenarnya".
Pada ma'na itu terkandung pemahaman bahwa tidak ada yang benar disembah, hanya Allah lah yang benar disembah.
Untuk mengingatkan kembali bahwa ma'na ILAH (tuhan) adalah "yang benar disembah dengan sebenarnya".
Dengan demikian wajarlah bilamana kata "LA" pada kalimah LA ILAHA itu berma'na NAFI atau PENOLAKAN.
Dalam artian kata "LA" di lafadhkan sebagai reaksi atas adanya pengakuan yang tidak benar atas nilai ketuhanan.
Mereka yang melafadhkan kata "LA" sudah ada iman dihatinya bahwa "hanya Allah tuhan", selain Allah siapa dan apapun itu semuanya 'ABID {hamba).
Sangatlah wajar bila kalimah ILLALLAH hanya itsbat atas mutsbat, sebagai pengukuhan atas ke-Tuhanan Allah.
Dipaham dari perkataan Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya
(Mufti Batawi) :
(Tentang ILAH pada ma'na LA ILAHA ILLALLAH).
* لامعبود بحق في الوجود الا الله المعبود بحق
* Yang disembah dengan sebenarnya.
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang disembah dengan sebenarnya, hanya Allah yang disembah dengan sebenarnya".
---------------
* لا مستغنيا عن كل ما سواه ومفتقرا اليه كل ما عداه الا الله المستعني عن كل ما سواه والمفتقر اليه كل ما عداه
* Yang tidak berhajat dan yang dihajati.
--------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang tidak berhajat dan tidak ada yang manpu memenuhi hajat, hanya Allah yang tidak berhajat dan hanya Allah yang mampu memenuhi hajat".
------------
" لا واجب الوجود الا الله الواجب الوجود
* Yang wajib wujudnya.
-------------
Keterangan :
Wajib wujudnya = yang keberadaannya pasti (ada selalu dan tidak berubah).
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang terus menerus ada, hanya Allah yang terus menerus ada".
-----------
* لا مستحقا للعبادة بحق الا الله المستحق للعبادة بحق
* Yang mempunyai hak dibuat ibadah padanya.
------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada sasaran tujuan ibadah, hanya Allah sasaran tujuan ibadah".
------------
* لا خالق الا الله الخالق كل شئ
" Pencipta segala sesuatu.
-------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang menciptakan segala sesuatu, hanya Allah yang menciptakan segala sesuatu".
-------------
* لا رازق لا الله الرازق كل شيء
* Pemberi segala rezki.
-------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang memberikan segala rezki, hanya Allah yang memberikan segala rezki.
-------------
* لا محيى الا الله المحيى كل شيء
* Yang menghidupkan segala sesuatu.
-----------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang menghidupkan segala sesuatu, hanya Allah yang menghidupkan segala sesuatu".
--------------
* لا مميت الا الله المميت كل شيء
* Yang mematikan segala sesuatu.
--------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang mematikan segala sesuatu, hanya Allah yang mematikan segala sesuatu".
---------------
* لا محرك الا الله المحرك كل شيء
* Yang menggerakkan segala sesuatu.
--------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang menggerakkan segala sesuatu, hanya Allah yang menggerakkan segala sesuatu".
-------------
* لا مسكن الا الله المسكن كل شيء
* Yang mendiamkan segala sesuatu.
-------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang mendiamkan segala sesuatu, hanya Allah yang mendiamkan segala sesuatu".
------------
* لا نافع الا الله النافع لكل شيء
* Yang memberikan manfa'at bagi segala sesuatu.
-------------
Qultu :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang mendatangkan manfa'at bagi segala sesuatu, hanya Allah yang mendatangkan manfa'at bagi segala sesuatu".
----------------
* لا ضار الا الله الضار لكل شيء
* Yang mendatangkan mudlarat bagi segala sesuatu.
---------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang mendatangkan mudlarat bagi segala sesuatu, hanya Allah yang mendatangkan mudlarat bagi segala sesuatu.
----------------
لا متصرف الا الله المتصرف لكل شئ
* Yang mengubah-ubah bagi tiap sesuatu.
----------------
Keterangan :
Ma'na lengkapnya :
"tidak ada yang mengubah-ubah bagi tiap-tiap sesuatu, hanya Allah yang mengubah-ubah segala sesuatu".
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
Syahdan : lagi sesudahnya telah diketahui bahwa segala yang wajib bagi sekalian rusul 'alaihimus shalatu wassalam yaitu empat perkara, dan yang mustahil pada mereka itu pun empat perkara yaitu lawannya empat yang wajib itu, dan yang harus bagi mereka itu satu perkara.
Jumlahnya sembilan aqa-id pada sekalian rusul.
Dan disertakan pula disini empat perkara dari pada rukun iman :
- Pertama percaya pada sekalian rusul 'alaihimus shalatu wassalam dan bahwasanya Nabi Muhammad penghabisan rusul, lagi bahwa ia lebih afdlal daripada sekalian makhluk.
- Kedua percaya pada sekalian malaikat.
- Ketiga percaya pada sekalian kitab yang turun dari langit.
- Keempat percaya pada hari kiamat.
Maka jumlahnya tiga belas aqa-id.
Ini masuk pada kalimah syahadat yang kedua, sebagaimana tersebut dibawah ini.
Sebab sekalian itu telah dikhabarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Maka tiap-tiap barang yang dikhabarkan olehnya dengan dia, maka sekalian itu
hak benar adanya.
Keterangan :
Orang yang meyakini dan membenarkan dalam hatinya akan aqa-idul iman yang terkandung pada ma'na MUHAMMADUR RASULULLAH, akan membuahkan keimanan akan :
- adanya malaikat Allah,
- adanya kitab-kitab yang Allah turunkan kepada para utusan-Nya,
- adanya para Nabi dan Rasul Allah, serta
- adanya hari kemudian.
Berkata Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi) :
"Maka dengan sebagaimana tersebut di dalam kitab ini, memadailah dibuat
mendapatkan yang wajib dari pada ilmu tauhid".
Keterangan :
Isi kitab ini melepaskan nilai kewajiban bagi setiap individu muslim dalam ilmu tauhid.
"Adapun yang lebih dari ini dari pada kitab- kitab ilmu ushul yang panjang ceritanya dan yang dalam-dalam ibaratnya, maka tiada harus dibuat mengajar kepada sembarang orang yang belum banyak ilmunya.
Bermula inilah nash-nya dari kitab AZ Zawajir Lis Syekh Ibnu Hajar :
ومنها حمل العوام ومن لم يمارس العلوم على التفكر فى ذات الله وصفاته وفى امور لا تبلغها عقولهم
وهذا مضلة لهم لأنهم يشككون به فى اصول الدين
بل ربما تخيلوا فى الله تعالى ما هوا متعال عنه
فيصير به كافرا أو مبتدعا وهو به فرح مسرور لغلبة حمقه وقلة عقله. -انتهى-
Artinya : "Bermula dari pada bilangan dosa besar yaitu memikul orang yang jahil dan orang-orang yang belum biasa membaca segala ilmu, atas memikir pada dzat Allah Ta'ala dan pada sifat-Nya dan pada segala ilmu Ushuluddin yang orang-orang itu tiada sampai akalnya buat menerima akan mafhumnya.
Maka ini hal menjadi menyesat pada mereka itu, karena mereka itu boleh menjadikan dapat syak didalam ilmu Ushuluddin.
Malah-malah boleh menjadi mereka itu dapat sangka apa-apa didalam dzat Allah Ta'ala atau sifat-Nya yang bahwa itu mustahil pada dzat Allah Ta'ala.
Maka dengan yang demikian itu boleh menjadi kafir atau menjadi ahli bid'ah, padahal ia keliru, suka hatinya dengan sangkanya itu bahwasanya ia telah mengerti betul-betul.
Maka bahwa sangkanya itu dapat dari pada jahilnya dan dari tiada ada akalnya jua adanya".
Keterangan :
Terlarang menyampaikan bahasan ilmu tauhid yang menyebabkan orang yang mendengarkannya akan memikirkan dzat Allah dan segala sifat-Nya yang maha tinggi dan maha suci dari persamaan dan perbandingan.
Tamat kitab sifat 20 bagi Habib Utsman bin Abdullah bin Agil bin Yahya (Mufti Batawi).
إرسال تعليق